Eddybudianto’s Weblog


PEPERANGAN MULTIDIMENSI
Juni 10, 2008, 10:44 am
Filed under: Pandangan | Tag: ,

Pada abad duapuluh satu ini hubungan antar Negara dan bangsa-bangsa di dunia mengalami perubahan yang sangat signifikan. Dimana ada hubungan positif yang berupa kerjasama untuk sama-sama menghasilkan manfaat bagi bangsanya masing-masing. Sebaliknya ada pula hubungan negative berupa konflik antar bangsa dan Negara yang berupa peperangan fisik (militer) maupun dalam bentuk lainnya (perang ekonomi, politik, social, budaya, ideology dsb).Apalagi terkait dengan globalisasi yang semakin terbuka lintas batas antar wilayah..

Oleh sebab itu sering ditemui hubungan antar bangsa dan Negara terjalin dengan pendekatan dua sisi yang bertentangan tersebut. Suatu saat pembinaan hubungan itu dengan cara yang positip namun di saat lain hubungan negative yang ditempuh. Tentunya tergantung kesiagaan bagi Negara ybs, jika Negara tersebut mengalami kerapuhan, maka Negara lain yang menjalin hubungan dengannya akan menggunakan cara hubungan negative untuk mengambil manfaat bagi Negara tersebut. Siapkah kita menghadapi peperangan multidimensi seperti ini ??? Perlukan kita memandang persaingan antar bangsa itu dari sisi peperangan dengan strategi satu pertempuran ke pertempuran lainnya, baik secara fisik/militer, naupun social, ekonomi, politik, idologi, dlsb.Yang tiada berujung ??

I. Pendahuluan.

Negara Kesatuan Republik Indonesia yang telah mencapai usia lebih setengah abad, saat ini memasuki masa penting sebagai suatu bangsa di tengah-tengah bangsa lain di dunia. Berpenduduk lebih dari 200 juta jiwa dan memiliki 17.000 pulau, dengan posisi strategis di tengah garis katulistiwa sepanjang kurang lebih seperdelapan lingkaran bumi, terapit dua samudera dan dua benua. Dua pertiga wilayahnya terdiri dari lautan.

Pengalaman menunjukkan bahwa hidup berdampingan antar bangsa di dunia ternyata tidak se-sederhana seperti apa yang dibayangkan. Ketika kondisi kekuatan pertahanan bangsa dalam titik yang ter-rendah, maka pada saat itu pula Negara lain akan melakukan manuver uji coba kekuatan lawan (karena merasa lebih kuat) dan timbul kepentingannya untuk menguasai bangsa lain tersebut.

Hal ini sebagai tantangan yang tak dapat diabaikan begitu saja. Meskipun bangsa kita sedang dilanda berbagai krisis, namun perhatian terhadap adanya ancaman itu haruslah tetap menjadi prioritas. Urusan pertahanan dan keamanan bangsa ini bukan hanya ditumpukan kepada aparat pemerintah dalam hal ini TNI dan Polri saja, namun sudah menjadi tanggungjawab kita bersama seluruh rakyat Indonesia. (lihat system pertahanan keamanan rakyat semesta/SISHANKAMRATA)

Oleh sebab itu meskipun peralatan perang yang dimiliki TNI banyak yang sudah kadaluarsa teknologi maupun kadaluarsa usia pakainya, namun pihak Negara lain masih harus berhitung berkali-kali untuk mencoba menggoyang bangsa Indonesia. Karena ternyata rakyat Indonesia sebagai kekuatan utama dari bangsa ini tak dapat diabaikan begitu saja. Semangat patriotisme, kejuangan dan pewarisan nilai-nilai juang 45 masih menjadi perekat yang kuat. Kita bisa lihat ketika daerah perbatasan Negara ini diusik lagi oleh Negara tetangga Malaysia, maka secara spontan ribuan pemuda, orangtua, pria/wanita di seluruh pelosok tanah air menyatakan diri siap membela tanah airnya. Sangat disayangkan fenomena ini tak dimanfaatkan oleh pemerintah, dimana sebagai komponen bangsa sebenarnya dapat disinergikan menjadi kekuatan bangsa yang di berdayakan sebagai bagian dari unjuk kekuatan bangsa Indonesia untuk memberikan peringatan dini bagi bangsa lain yang ingin mencoba mengganggu tanah air Indonesia tercinta ini.

Oleh sebab itu dalam rangka mendukung kepentingan nasional untuk memperkuat ketahanan dan pertahanan negara Indonesia, sedapat mungkin harus muncul dari kekuatan sendiri, dan memperkecil peranan atau bantuan dari Negara / bangsa lain. Sedini mungkin kita mengurangi tingkat ketergantungan terhadap negara lain bahkan bila perlu sampai pada batas minimum. Meskipun kita dihimpit kewajiban dalam menyelesaikan hutang Negara sekalipun, mestinya pertimbangan utamanya adalah upaya mendikte Negara lain terhadap Negara kita harus dicegah sedini mungkin.

PETA KEKUATAN BANGSA DALAM BERBAGAI PERSFEKTIF

Sejauh manakah kekuatan pertahanan dan ketahanan bangsa kita dalam menghadapi berbagai ancaman baik dari dalam(internal) maupun dari luar (eksternal)??.

Mari kita lihat peta kekuatan bangsa Indonesia dalam berbagai perspektif seperti : ideology, politik, ekonomi, social, budaya, pertahanan dan keamanan, serta dalam lingkup wilayah kekuasaan eksekutif, legistatif maupun yudikatif.

I. Perspektif IPOLEKSOSBUD-HANKAM.

a. Ideology

Saat ini ideology Pancasila benar-benar dalam ujian yang cukup berat, dimana pada jaman keterbukaan seperti ini, saat komunikasi melalui hubungan dunia maya antar personal lintas batas wilayah, Negara, bangsa, daerah dan dari berbagai belahan dunia manapun sudah nyaris tanpa barier/batas. Hal ini sangat membuka peluang intervensi penyebaran ideology dari bangsa atau Negara lain menjadi sangat mudah ditempuh.

Perang antar ideology sebenarnya saat ini sedang berjalan lebih dasyat dari perang fisik/militer dengan persenjataan modern sekalipun. Perangkat yang digunakan sangat beragam, dimana perspektif lain ( social dan budaya ) dibuat menjadi alat yang ampuh untuk menyebarkan mesiu-mesiu berhulu ledak lebih dasyat dari ledakan nuklir sekalipun. Kita bisa belajar dari berbagai sejarah perkembangan dunia, ketika ideology komunis diruntuhkan oleh serangan eksport budaya barat yang maha dasyat memasuki wilayah Negara-negara komunisme seperti USSR dan Cina, didukung dengan serangan dari perspektif ekonomi, dimana kondisi ekonomi Negara-negara ber-ideology komunisme saat itu dibuat bangkrut, lalu terjadilah pergolakkan yang menghancurkan sendi-sendi kehidupan Negara-negara komunisme tersebut, seperti runtuhnya tembok Berlin, pecahnya Negara USSR, bergolaknya gerakan mahasiswa di Cina, dan sebagainya.

Kini ideology kapitalisme dan imperialisme gaya baru sedang merajalela menerobos berbagai Negara dan sendi-sendi kehidupan dunia, dengan di kembangkannya system ekonomi kapitalisme, budaya hutang antar Negara, dan berbagai ideology seperti di kembangkannya perjuangan hak-hak pribadi dengan kemasannya pada Hak Azasi Manusia-nya yang sangat condong pada pemahaman liberalisme. Bukankah pemahaman itu sudah merasuk di tengah-tengah kita ?? yang berideologikan Pancasila ini ?? lalu bergaunglah masalah HAM yang dibuat sedemikian rupa bahkan dijadikan sebagai dewa dalam issue demokrasi.

Pancasila sebagai dasar ideology bangsa Indonesia kini telah menghadapi tantangan yang berat. Ketika paham sama rasa sama rata mulai dihembuskan kembali, yang mengangkat perbedaan jurang pemisah semakin tajam antara kaya dan miskin, pemerintah dan rakyat jelata, majikan dan buruh, dan isu lainnya yang membuat semakin carut marut kondisi social ekonomi. Disamping itu pemahaman tentang perlindungan hak-hak individu diatas kepentingan golongan semakin gencar digembar-gemborkan, sehingga hilang atau terkikisnya semangat gotong royong, setia kawan, rasa saling melindungi, dan lainnya.

Sadarkah kita bahwa musuh telah masuk menggerayangi bangsa ini dengan senjata HAM-nya dan segala perangkatnya ?? lalu kita hanya sebagai penonton menyaksikan pilar-pilar kekuatan itu menggerogoti satu persatu dari berbagai arah mata angin. Seperti digelarnya kasus HAM TIMTIM ?, gugatan terhadap TNI, goncangan terhadap pemerintahan yang tak pernah hentinya ??? ironisnya sebagian di antara kita dengan sangat sadarnya membantu mereka, menjual bangsa dan negaranya demi uang dan kehormatan semu. Pantaskah mereka disebut pahlawan bangsa ??? yang ikut andil menghancurkan bangsanya sendiri melalui kerjasama dengan bangsa lain untuk menyebarkan paham lain selain Pancasila ???.

Paham kapitalisme dan komunisme yang sedang berperang dengan Pancasila ini tak disadari banyak orang. Sehingga ukuran nilai-nilai telah bergeser dari yang dulunya ada tenggang rasa, seimbang, selaras, serasi, saling seia sekata dalam kehidupan bangsa Indonesia yang saling gotong-royong, hormat menghormati, budi pekerti tinggi, kini menjadi individualistis, materialistis.

Segala sesuatu diukur dengan uang, ketidak pedulian terhadap sesama semakin tinggi, dan mendewakan materi menjadi bagian dari gaya hidup. Bahkan kini telah berjangkit penyakit kebencian dari rakyat kecil yang miskin ilmu, miskin harta dan miskin moral akibat dari hasutan orang-orang tertentu (kaya ilmu tapi sesat, kaya harta tapi tamak, kaya moral tapi tidak adil) yang tidak bertanggungjawab demi kepentingan kelompoknya. Sehingga rakyat yang miskin pangkat tiga itu kini mulai gerah dan semakin tak terkendali baik secara emosi maupun ratio. Bagaimana jika mereka akhirnya memutuskan untuk mengikuti hati nuraninya yang terluka dan membuat pengadilan versi sendiri (rakyat), lalu menghancurkan symbol-simbol ketamakan, ketidak adilan dan yang berbahaya memvonis sepihak saudaranya sendiri yang dipandang telah melanggar rasa keadilannya versi sendiri. Bukankah ini ajaran salah satu paham yang sudah jelas-jelas menjadi musuh nomor satu Pancasila ??

Bayangkan ketika dulu kita sangat hormat dengan guru yang hidupnya sederhana bersahaja, tapi kini guru yang sederhana dan bersahaja itu ada yang di hina oleh muridnya sendiri (yang kebetulan orangtuanya kaya raya/mungkin saja kaya dari hasil korupsi !?). Tak ada lagi rasa hormat murid terhadap gurunya yang harusnya di gugu dan di tiru. Oleh karena pengaruh paham kapitalisme yang sudah merasuki kehidupan kita atau sebab lain, maka sebagian besar (terutama diwilayah kota-kota besar) guru akhirnya runtuh ideologinya, lalu menginginkan kehidupan yang layak agar tidak lagi diejek/dihina oleh muridnya sendiri. Akhirnya tanpa sadar sang guru secara sistematis telah meninggalkan tugas mulianya sebagai orang yang membentuk generasi penerus yang ampuh, tangguh dan berwibawa. Dia sudah berorientasi pada materi, berpemahaman bahwa dia sama seperti buruh/pekerja pabrik yang memproduksi barang-barang dari bahan baku/material benda mati belaka, maka tak di sadari-nya telah merendahkan martabatnya sendiri sebagai seorang guru. Oleh sebab itu departemen pendidikan nasional mempunyai tugas sangat berat untuk mengangkat citra komunitas pendidikan kembali seperti dulu dan bahkan harus lebih baik lagi, sehingga perang yang telah ada dihadapan mata itu untuk melawan keserakahan Negara lain dapat kita menangkan, dimana suatu masa kelak memiliki generasi sebagai sumber daya manusia yang berkualitas tinggi, lalu mengirimkan tenaga ahli di segala bidang kepada Negara lain yang membutuhkan sebagai kebanggaan bangsa, bukan sekedar mengirim tenaga berketrampilan rendah dan menimbulkan masalah yang jauh lebih kompleks di kemudian hari.

Contoh lain ketika seorang pemuka agama tergoda dengan nilai-nilai materialistis, sehingga tergoda pula pada nilai-nilai semu yang berpandangan materialistis itu, dengan tanpa sengaja memposisikan keberadaannya di tengah umat melalui symbol-simbol kemewahan berlebihan yang di milikinya, memang bukan tidak boleh, namun dari segi kepantasan dan kepatutan dari nilai-nilai yang berlaku di masyarakat tidak menggambarkan jati diri sebagai orang yang bukan terkena dampak materialistis. Bukankah agama manapun mengajarkan pada kesahajaan diri untuk menjadi tauladan umatnya ??.

Nilai-nilai dalam sila pertama Pancasila itu seakan hanya sebagai symbol belaka, dimana saat ini orang telah saling menghujat dan tak menghormati kehidupan beragama orang lain, karena mereka melanggar nilai-nilai sila pertama itu. Penyebaran ajaran agama sudah tak mengindahkan norma-norma yang telah disepakati bersama (yang diatur dalam SKB ??) sehingga melukai hati umat lain. Lalu terjadilah penajaman persinggungan antar umat beragama, dan orang-orang mulai meninggalkan ideology pancasila karena dia tak bisa lagi memayungi peri kehidupan bangsanya. Salah satu pertempuran telah melanda kita. Pertempuran dibidang ideology.

Bukankah serangan maha dasyat dari paham lain (selain Pancasila) juga sudah mempengaruhi kita dalam kehidupan sehari-hari ??? dimana tayangan di televisi terutama sinetron-sinetron hiburan lebih condong menggambarkan pemahaman bahwa kemewahan harta akan menjadikan orang terhormat ?? lalu orang terdorong untuk berbuat korupsi dengan sedikit bekerja namun menghasilkan uang banyak meskipun dengan cara yang kotor sekalipun. Para pelaku atau penyelenggara media electronic tersebut belum mempertimbangkan dampak perang ideology ini sebagai bahan pertimbangan dalam bisnisnya, sehingga sadar ataupun tidak mereka sedang menjadi bagian dari musuh-musuh kita untuk turut menghancurkan bangsanya sendiri. Sekali lagi perang ideology sudah terjadi dan semakin gencar. Pembunuhan karakter bangsa sedang berjalan lebih dasyat dari bom atom Nagasaki dan hirosima.

Disisi lain, sudahkah di pertimbangkan penyusunan kurikulum sekolah pada tingkat manapun untuk membangun karakter bangsa berbudi pekerti luhur yang aplikatif dapat di terapkan langsung dalam kehidupan luas ?. Sehingga suatu masa kita memiliki generasi yang mempunyai prinsip-prinsip hidup yang kuat untuk melawan paham-paham lain sebagai musuh itu ?. Hal ini harus dijadikan sebagai strategi defensive terhadap serangan dari ideology lain tersebut.

Ketahanan bangsa dari segi ideology sudah mulai rapuh, dimana tanda-tanda yang bisa kita lihat adalah paham materialistis, konsumeristis, penghormatan hak-hak pribadi yang berlebihan (liberalisme) dan masih banyak lagi yang bisa kita temui di kehidupan masyarakat luas. Seperti tuntutan diperlakukan sama rasa sama rata.

Pancasila yang lahir dari bumi pertiwi dengan berdasarkan nilai-nilai budaya bangsa itu, kini semakin menghadapi tantangan yang lebih berat melalui pertempuran-pertempuran maha dasyat dengan berbagai ideology bangsa lain di dunia. Suatu ujian yang akan membuktikan daya tahan Pancasila terhadap perubahan zaman yang semakin cepat dan keras. Inikah yang disebut dampak globalisasi dunia ?? mampukah Pancasila bertahan terhadap gejala negative dari adanya globalisasi itu? Sedangkan kepedulian untuk mempertahankan nilai-nilainya saja sudah mulai pudar ?? sebagian orang dibuat secara sistematis untuk alergi terhadap Pancasila melalui cara membenturkannya dengan paham agama yang cenderung radikal, ortodoks, konservatif, dan atau paham kebendaan/materialistis yang berlebihan.

Terpikirkah di benak pelaku negeri ini, bahwa setiap langkah tindak kita untuk menentukan kebijakan, atau menjalankan kebijakan apapun sudah dikaitkan dengan warisan terhadap generasi penerus di masa depan ? apakah dampaknya terhadap mereka jika kita salah mengambil langkah ? akankah dibiarkan saja ideology Pancasila ini hilang di telan zaman ?? . Betapa sedihnya perintis negeri ini (NKRI) jika dijumpai negaranya telah menjadi Negara yang berpaham liberalisme, sekuler dan negara bergelar ideology beraneka ragam lainnya. Hilangnya cirikhas bangsa Indonesia akibat tertelan oleh dasyatnya pengaruh ideology lain.

b. Perspektif Politik dan Ekonomi

Pada perspektif ini sangat terkait dengan proses demokratisasi di negara Indonesia. Dimana penyelenggaraan pemilu yang telah berlangsung sebanyak sembilan kali di negeri ini, hanya menghasilkan carut marut system ber negara dan ber bangsa, Nampaknya tidak ada kesinambungan perbaikan dalam roda pembangunan bangsa. Suatu saat ketika sebuah kelompok politik terancam keberadaannya, ketika itu pula mereka melakukan manuver-menuver politik sehingga dosa-dosa yang telah di perbuatnya seakan lenyap di telan kekacauan situasi dan kondisi bangsa. Kemudian pelaku politiknya sebagian lari menanggalkan bajunya dan mengganti baju politik yang baru. Seakan mahluk tak berdosa dia tampil dengan wajah ber-make up yang baru. Lebih ironisnya lagi, ada yang sebagian orang pelaku politik lainnya tak segan-segan bergandengan tangan dengan Negara lain untuk menggoalkan tujuan politiknya. Mereka melacurkan idealismenya untuk sekedar tampil di panggung politik bangsa ini. Lalu akhirnya menjadi bidak atau pion-pion Negara lain dalam menjalankan misinya.

Perang dibidang politik dan ekonomi sangat jelas nampak ketika ada kepentingan di sektor ekonomi, saat merebaknya kasus BLBI, atau LoI – IMF. Campurtangan lembaga dunia seperti IMF, Bank Dunia, dll, itu menunjukkan betapa dasyatnya Negara lain menggerayangi Negara kita tanpa dapat berbuat apapun. Kasus-kasus HAM yang sangat kuat nuansa politiknya menunjukkan bahwa perang di bidang politik dan ekonomi sudah pada tingkat yang mengkhawatirkan. Ketika Negara-negara lain secara berjamaah melakukan maneuver politik tingkat dunia memanipulasi keadaan dan memerdekakan Timor-Timur (Timor Leste sekarang).

Di bidang ekonomi ketika terjadinya krisis moneter thn 1997-1998 , melonjaknya kurs rupiah terhadap dolar, dan bangkrutnya para konglomerat Indonesia, sangat erat kaitannya dengan kepentingan Negara adidaya yang bertindak sebagai polisi dunia berupaya menyelamatkan negaranya yang sedang mengalami krisis ekonomi berat, dengan cara mengalihkan krisis ini kepada Negara lain. Kini pemulihan ekonomi di negara kita belum sepenuhnya tercapai, karena peredaran uang yang diatur oleh mekanisme Bank sangat hati-hati, mengakibatkan pertumbuhan ekonomi menjadi lambat. Padahal tingkat pengangguran semakin meningkat, artinya lapangan pekerjaan belum berkembang baik, daya beli masyarakat masih rendah. Di sisi lain produk dari Negara lain datang membanjiri Indonesia dengan harga yang tak mampu di saingi oleh produk-produk dalam negeri. Sector industri menurun daya saingnya sehingga kemampuan untuk berlaga di peperangan bidang ekonomi ini nampak sekali ketidak-siapannya.

Peperangan di sektor ekonomi ini sangat terlihat nyata ketika industri-industri berskala besar seperti industri kimia (pupuk, bahan baku plastic, semen, dll), industri mesin dan logam, misalkan contoh yang nyata ketika rencana akan dibuatnya mobil nasional, motor nasional, dan industri pesawat terbang yang akan mengembangkan pesawat N250 dan pesawat Jet N2130 itu terjerembab karena di serang dari berbagai sector baik ekonomi, politik dan lainnya. Ironisnya serangan dari dalam sendiri demikian hebatnya, ketika agen-agen Negara lain itu menempati posisi penting di pemerintahan. Kebijakan jual asset Negara yang di tujukan untuk menutupi hutang para konglomerat pembobol BLBI, sedangkan pelakunya dibiarkan lepas bebas berlindung di Negara lain yang menjadi musuh kita. Lalu sebagian asset penting milik Negara-pun akhirnya berpindah tangan ke Negara lain.

Strategi defensive yang memungkinkan untuk diterapkan dalam pertempuran sector ini adalah mengkondisikan Negara dan bangsa Indonesia untuk kembali ke konsep berdikari jamannya Bung Karno dulu meskiupun pada era ini hidup tanpa menjalin hubungan baik dengan berbagai pihak akan semakin mempersulit aktivitas kehidupan berbangsa dan bernegara ditengah-tengah bsemaraknya globalisasi dunia yang melanda. Tentunya dengan beberapa penyesuaian yang selaras dengan perkembangan jaman. Kita harusnya belajar dari kebijakan pemerintahan di Negara Republik Iran pasca kerajaan itu. Dimana mereka survival atas kemampuan sendiri. Dan saat ini mereka menjadi salah satu Negara di kawasan timur tengah yang sangat kuat ekonominya. Karena kebijakan berdikarinya itulah yang membuat ketahanan negaranya tak mudah di tembus Negara lain.

Strategi ofensif yang mungkin diterapkan adalah dengan membangun kekuatan ekonomi kerakyatan/koperasi, sehingga produksi banyak dilakukan oleh rakyat dengan biaya produksi yang relative kecil lalu pemasarannya di kirim keluar negeri dengan pelakunya oleh BUMN-BUMN perdagangan. Hal ini bisa kita ambil contoh Negara Cina, dimana mereka membangun industri berskala besar yang menerapkan sector R&D sampai produksi komponen/spare part, dimana quality control, final assembly serta pemasaran-nya ditanggung/ditangani oleh pemerintah, sedangkan untuk sub assy dan support produksi lainnya diserahkan kepada industri kecil bahkan industri rakyatnya ( sistim maklun ).

Di Indonesia, hasil temuan teknologi tepat guna jangan hanya sampai di lemari file kantor para peneliti yang di gunakan antara lain untuk meningkatkan nilai KUM-nya saja. Alangkah baiknya jika disinergikan dengan pengusaha nasional yang bersedia memproduksi hasil temuan-temuan tersebut, dan untuk membuat komponen-komponen kecilnya di sebarkan lagi kepada home-home industri (pilihan tentunya) yang bisa mempertahankan kualitas.

Sadarkah kita bahwa saat ini telah terjadi pertempuran di segala bidang, dimana bangsa lain sebagai musuh terselubung menggunakan segala macam cara untuk menguasai kondisi politik dan ekonomi bangsa kita ? stabilitas politik dan ekonomi tak lagi di buat kuat dengan merubah nilai-nilai yang berkembang di masyarakat beralih dari nilai luhur budi pekerti, moral yang santun dan lainnya, menjadi nilai materialistis dan konsumeristis. Semua di pandang dengan kebendaan semata. Budaya bangsa ini kemudian berobah, secara pasti sistim ekonomi kita menuju kapitalisme dan liberalisme. Negara kita hanya dijadikan pasar bahkan tempat sampah dari produk-produk yang tak laku di negaranya sendiri.

Secara ekonomi kita hampir mengangkat bendera putih dan menyerah kalah terhadap Negara-negara lain yang ingin merampas kekayaan bangsa Indonesia. Lihat saja meningkatnya hutang Negara dari tahun ke tahun, hampir lumpuhnya kekuatan ekonomi kita oleh permainan spekulan uang dan penyelundupan yang merajalela. Peperangan ekonomi ini semakin dasyat ketika rakyat mulai tercekik oleh mekanisme pasar yang sudah dikendalikan oleh bangsa lain sementara pemerintah tak dapat berbuat apapun jua. Kelumpuhan kekuatan kita bisa dilihat juga dari ratio anggaran belanja Negara yang sepertiganya bahkan hampir mencapai seperempatnya hanya untuk membayar cicilan bunga utang. Lebih ironisnya lagi penggarongan itu dibantu oleh bangsa sendiri yang ikut meraup kekayaan dengan cara yang tidak sah, seperti kasus penggarongan minyak mentah oleh oknom pertamina dan beberapa aparat lainnya. Kerugian yang bisa dihitung saja sudah mencapai 8,8 triliun rupiah. Jumlah yang sangat fantastis. Nilai yang jika dibelikan beras untuk seluruh bangsa Indonesia mungkin bisa menghidupi rakyat selama setahun. Belum lagi dengan illegal loging, dimana oknom yang terkait lebih banyak dan dilakukan dengan kesadaran bersama. Namun kasus ini hanya sampai diujung meja hijau alias raib entah kemana. Betapa dasyatnya akibat yang ditimbulkan oleh ulah oknom yang terlibat illegal loging, seperti terjadinya banjir yang melanda diberbagai daerah, pencurian kayu yang marak, rusaknya eko system hutan yang semakin cepat, dan sebagainya.

Penyelesaian yang sangat tanggung terhadap pelanggaran di sector ekonomi terutama BLBI membuat orang semakin leluasa melakukan penggarongan di segala lapisan.

Sangat mengerikan jika ditelusuri secara seksama terhadap orang-orang yang terlibat persengkongkolan penggarongan harta bangsa dan Negara ini.(wabah korupsi) yang bisa ditemui dari pelosok desa terpencil sekalipun sampai ke sekitar menteri. Dari aparat desa sampai penegak hukumnya sendiri di landa wabah korupsi ini. Mengerikan memang. Hampir tidak ditemui orang-orang yang punya idealisme ( imun dari wabah korupsi ) yang masih bertahan terhadap arus deras wabah korupsi ini. Semua urusan harus dengan duit. Personil yang jujur dan idealis dianggap orang aneh.

Bangsa ini sangat membutuhkan orang-orang yang masih imun, punya idealisme tinggi dan punya semangat juang melawan kebejatan tindakan kejahatan berdasi.

Mungkinkah kita harus menyiapkan satu generasi seperti diharapkan itu ?? yaitu generasi anak-anak kita yang kini masih balita. Diberi bekal ilmu, iman dan ikhtiar yang suci, sehingga mereka siap menggantikan generasi kini yang semakin parah. Pantaslah Tuhan murka kepada bangsa ini yang membiarkan semua itu terjadi tanpa ada yang bisa mencegahnya. Kerusakan ekonomi ini bukan saja hasil dari manufer Negara-negara musuh, namun lebih banyak terjadi karena akumulasi dari sikap tak peduli dengan terjadinya kejahatan disetiap sendi kehidupan, dan semua itu juga dari kesalahan kita sendiri, yaitu membiarkan bangsa sendiri yang menggarong Negaranya berbuat seenaknya dengan cara korupsi. Pantas pula jika hukuman bagi mereka yang terlibat korupsi itu dengan hukuman mati !!! karena dia sudah merusak sendi-sendi ekonomi kehidupan bangsa ini.

Kehidupan Politik di negeri ini sudah diperjual belikan. Sudah menjadi wayang dari bangsa lain tanpa bisa kita mencegahnya. Betapa ironisnya politikus kita yang sedang berperan menggunakan topengnya untuk mengelabui tuannya yaitu rakyat yang telah memilihnya. Menghalalkan segala macam cara untuk memenangkan ambisi politiknya, bahkan meskipun harus membantai bangsanya sendiri. Mereka berdagang politik, mereka menggadaikan idealismenya untuk mempertuankan uang, jabatan, dan kekuasaan. Mereka melindas tuannya sendiri demi eksistensi dirinya.

Manufer Negara lain untuk kepentingan mereka di negeri tercinta ini semakin membuat kondisi semakin parah. Kita harus segera membangunkan siapapun mereka yang sedang tertidur pulas dengan situasi dan kondisi sekarang ini. Bahwa Negara kita sedang mengalami peperangan multidimensi yang semakin dasyat.

c. Perspektif Sosial & Budaya.

Sebagaimana telah di singgung di atas, bahwa nilai-nilai kehidupan bangsa kita sudah bergeser menjadi materialistis, dan bahayanya telah tercipta budaya korupsi yang merambah di setiap lapisan masyarakat.

Pertempuran di sector social budaya ini sangat terasa ketika Badan Sensor Film tak lagi mempunyai idealisme dan nasionalisme sebagai kekuatannya atau dengan kata lain mengalami kesulitan dalam menjalankan perannya. Apalagi di bukanya keran masuk film-film dari Negara barat yang sarat dengan pornografi, kekerasan dan kebejatan moral. Dimana ada film yang di negaranya sendiri dilarang untuk di tayangkan, sedangkan di negara Indonesia malah diperbolehkan. Masuknya miras, narkoba dan tayangan televisi yang tak terkendali mulai menjadi senjata ampuh dari musuh kita untuk menghancurkan generasi penerus bangsa yang menjadi tumpuan. Bahkan di Jawa barat konon sudah banyak terdapat pabrik miras dengan berbagai alasan yang antara lain untuk membuka lapangan kerja bagi rakyatnya. Bukankah meminum khamar itu haram ?? bagaimana dengan yang membuatnya ?? wallohu alam bisawab.

Jika generasi penerusnya sudah rusak atau tepatnya di rusak, maka Negara ini hanya akan menjadi jajahan gaya baru abad dua puluh satu. Dimana penjajahnya tak perlu repot-repot pergi ke Negara jajahannya. Cukup dengan memainkan perannya di berbagai sector, maka Negara jajahannya akan tunduk padanya.

Tanda-tanda mulai adanya serangan dasyat dari musuh kita, ketika moral bangsa ini secara umum mengalami kemunduran, korupsi merajalela, judi, kekerasan, pornografi, dan porno aksi menjadi bagian dari masyarakat kita.

Kehidupan beragama menjadi terusik oleh budaya barat yang nilai-nilainya bertentangan dengan nilai-nilai agama yang dianut sebagian besar rakyat kita.

Bagaimana kehidupan para artis cantik yang menjadi public figure pamer tubuh bicara tentang agama sangat kental, tapi bertingkah-laku jauh dari apa yang dia bicarakan. Menikah dengan pria barat sudah menjadi trend, lalu pergi umroh atau haji kemudian pulang kembali ke habitatnya pamer tubuh. Seakan pergi kesana hanya sekedar shoping.

Strategi defensive menghadapi perang disektor social budaya seperti ini antara lain harusnya datang dari kesadaran bersama seluruh lapisan masyarakat. Departemen social dan departemen kebudayaan harus mempunyai grand strategi menciptakan secara berkesinambungan suatu pelestarian nilai-nilai luhur bangsa untuk menjadi perisai dalam menghadapi gempuran pengaruh social budaya dari Negara lain.

Mari kita bangun kegiatan yang mengarah kepada pembangunan moral purta-putri kita dan menanamkan prinsip-prinsip agama dalam nafas kehidupannya sehari-hari. Biarkanlah generasi sekarang ini sebagian sudah terserang oleh dasyatnya gempuran musuh dari sector social budaya, tapi marilah di upayakan agar generasi penerus kita juga tidak mengalami hal yang sama.

Medan perang utama yaitu dunia telekomunikasi, komunikasi dan publikasi sudah terlanjur di kuasai musuh. Bisakah kita membangun kekuatan baru di sektor ini untuk mempertahankan diri dari serangan musuh yang maha dasyat itu ?? dimana sumber daya manusia yang tersedia dari segi kualitas maupun kuantitas mungkin saja sudah cukup, namun system rekruitmen masih ada unsure kolusi dan nepotisme sempit TST (tahu sama tahu), 3 D (dulur/saudara, dekat, duit), maka mutiara SDM yang kita miliki terpendam oleh Lumpur KOLUSI DAN NEPOTISME.

System pendidikan nasional kita saat ini belum terpadu, meskipun penyelenggaraan ujian telah di selenggarakan secara nasional, namun nampaknya belum ada hasil tindak lanjut dari evaluasi menyeluruh terhadap hasil ujian nasional tersebut. Apakah kualitas antar daerah sudah merata, sejajar atau masih terlalu besar jurang pemisahnya ??? bagaimana kondisi kualitas di pedesaan seperti di Papua bandingkan dengan di pusat kota seperti Jakarta ???

d. Perspektif Pertahanan dan Keamanan

Bahwa pola peperangan yang sekarang terjadi bukanlah dari sector HANKAM seperti perang fisik decade yang lalu, namun rangkaian itu hanya terjadi jika tahapan penguasaan secara fisik di pandang perlu. Kita bisa lihat contoh nyata dari kasus yang terjadi di Negara Irak, dimana tahapannya sangat jelas. Pembentukkan opini dunia melalui perang komunikasi dan publikasi massa demikian strategisnya, sehingga Irak dibentuk citranya sebagai Negara yang sangat berbahaya dan harus dicegah pengaruhnya. Kemudian diciptakan perselisihan dengan Negara tetangganya Iran, Kuwait, dan tentu saja Negara boneka Amerika yaitu Israel.

Lalu tahap berikutnya secara sistematis, kepala negaranya di citrakan sebagai pemimpin yang bengis, dengan gangguan taktis dalam negeri melalui pemberontakan kurdi yang berkepanjangan. Sudah lebih satu dasa warsa tak juga takluk, tak berhasil di kuasai, maka tahap berikutnya adalah penguasaan secara fisik yaitu invasi militer. Hebatnya mereka bisa mengajak Negara lain ikut menjarah dengan alasan mempunyai senjata kimia yang nyatanya terakhir di akui tak pernah ada, tentunya tujuan utama baru bisa kita saksikan karena ingin menguasai harta negara Irak yaitu berupa minyak secara langsung, setelah berbagai cara tak bisa ditempuh.

Mari kita refleksikan ke Negara Indonesia tercinta. Dimana gambaran langkah-langkah seperti kejadian di Negara Irak itu hampir mirip. Serangan demi serangan dalam peperangan di sector social budaya sudah dan sedang berjalan sebagaimana telah sedikit di gambarkan di atas, lalu pada sektor ekonomi ketika tuan Soros beraksi dengan permainan dollarnya. Pembangkangan dalam negeri didanai oleh pihak sekutu mereka seperti; GAM di Aceh, Palu, dan Ambon/maluku dengan RMS-nya. Dan bukan tidak mungkin pemboman yang pernah terjadi sengaja di ciptakan untuk memberikan gambaran atau membuat citra Negara kita sebagai Negara yang perlu dan harus di garap bersama sekutu mereka untuk di – Irak- kan. Maka mereka membantu kelompok radikal atau fanatisme sempit untuk berbuat lebih jauh menyalurkan keinginannya menyebarluaskan pengaruh pahamnya tersebut. Sementara sasaran utamanya adalah menciptakan ketakutan di berbagai kalangan agar orang enggan berinvestasi atau melakukan perjalanan wisata ke Negara Indonesia.

Serangan musuh dari dalam negeri yaitu melalui gerakan taktis yang dibangun dengan membiayai LSM-LSM untuk kepentingan mereka. Dan mencoba mengganggu kesatuan dan persatuan bangsa. Mereka berkonspirasi secara rapih, menggunakan senjata media massa dan alat komunikasi lainnya untuk membentuk pola pikir serta opini masyarakat Indonesia, dan melakukan pembantaian karakter terhadap kelompok yang dipandang masih kuat bertahan membela bangsanya tanpa pamrih, sehingga pada suatu saat nanti ketika mereka beraksi secara fisik (semacam invasi militer) sudah lebih mulus dan masuk ke wilayah kita tanpa hambatan dari rakyat. Ingat ketika Jepang akan melakukan invasi ke daerah Indonesia pada saat periode perang dunia kedua, dimana sebelumnya rakyat di bina agar bersimpati dengan Jepang dan membenci pemerintahan colonial belanda ketika itu. Dan ketika invasi militer Jepang ke wilayah Inodnesia benar-benar dilakukan, maka perlawanan rakyat relative kecil bahkan mendapatkan sambutan.

Hal ini sangat berbahaya, lihat ketika orang di bangkitkan untuk membenci militer (TNI & POLRI) yang notabene adalah perangkat dari kekuatan bangsa Indonesia. Mereka menyerang institusi dari perilaku oknom institusi tersebut. Lalu kesatuan atau korps TNI-POLRI di ganggu untuk saling memusuhi. Belum lagi tuntutan LSM mengenai pelanggaran HAM di Timor Timur, atau di berbagai tempat di tanah air. Kita bisa menyaksikan sendiri bagaimana oknom-oknom LSM yang menjual bangsanya sendiri demi memperjuangkan materi dan kehormatan sesaat. Dia melupakan kehormatan bangsanya, mencabik-cabik hasil perjuangan para pejuang yang telah merelakan jiwa raganya untuk ibu pertiwi.

Disamping itu sumber kekuatan angkatan perang kita antara lain industri militer, secara bertahap telah dibuat sedemikian rupa sehingga kemampuan dan langkahnya menurun serta terbatas. Bantuan keuangan untuk menghidupkan industri militer di kurangi bahkan di tiadakan. Contohnya ketika gonjang ganjing industri pesawat terbang satu-satunya di Republik ini mengalami krisis berkepanjangan, kemampuan membuat, atau minimal merawat peralatan perangnya menurun sangat drastis. Ironisnya timbul pemikiran dari salah satu pejabat pemerintahan (menteri BUMN saat itu) agar industri ini di jual saja. Seorang ekonom yang tidak berfikir jangka panjang. Katanya dengan ringan, buat apa kita bikin pesawat terbang, kalau kita bisa beli ??. konsekuensinya dari hanya bisa membeli dan tak bisa bikin adalah ketergantungan kepada penjual atau negara penjualnya semakin tinggi. Lihat pesawat tempur kita sebagian besar tak mampu mengerahkan kehandalannya secara optimal, karena sebagian suku candangnya di embargo oleh Negara pembuatnya. Andaikan kita telah siap menguasai teknologi kedirgantaraan itu secara kaffah (menyeluruh) maka kesulitan seperti itu tidak akan terjadi.

Kekuatan atau kemampuan alat transportasi sangat lemah, dimana perangkat transportasi yang kita miliki sangat minim dibandingkan dengan luas wilayah yang harus di jaga dan di layani.

Bayangkan mobilisasi saat terjadinya bencana alam di Sumatera, dimana sikap tanggap dari kekuatan kita ternyata lebih lambat sekitar 24 jam dibandingkan dengan gerakan dari pihak asing.

KOHERENSI PERMASALAHAN ANTAR BERBAGAI PERSPEKTIF

Kompleksitas permasalahan yang timbul akan membuat peta kekuatan menjadi semakin rapuh. Kita bisa tinjau dari berbagai aspek. Misalnya pada sumbu vertical kekuasaan pemerintahan, dimana kewenangan pusat dan daerah sedang di tata dan di klasifikasi wilayahnya. Pada saat itu akan timbul masalah pengambilan keputusan yang seharusnya bisa cepat dilakukan oleh pusat, maka ketika kewenangan itu beralih kepada daerah setempat akan timbul birokrasi baru.

Hal ini akan mengganggu pergerakan kegiatan ekonomi, antara lain ketika calon investor yang akan mengembangkan usahanya di daerah tersebut mengalami birokrasi yang panjang dan mengeluarkan biaya tambahan yang cukup besar. Ditambah lagi dengan melemahnya daya beli masyarakat, ketersediaan tenaga kerja trampil yang belum siap kerja yang di kontribusikan dari suatu system pendidikan nasional, biaya keamanan yang timbul karena adanya system keamanan yang berlapis bahkan di beberapa tempat sangat berlebihan, belum lagi dengan adanya pungutan liar, dan sebagainya.

Pada sumbu horizontal pemerintahan, adanya benturan kepentingan antar daerah yang berdampingan terhadap suatu wilayah subur / makmur bagi pemasukan daerahnya. Maka di tempat tersebut potensial untuk munculnya konflik antar daerah yang semakin tinggi. Hal ini justru akan turut memperlemah kekuatan bangsa secara menyeluruh.

Permasalahan ekonomi yang di tandai oleh kasus besar BLBI berkaitan erat dengan masalah moral bangsa. Betapa kita dapat saksikan korupsi di lingkungan pengusaha nasional dan pemilik modal yang demikian dasyatnya, hal ini berkaitan dengan pembuat peraturan (legislative) yang juga terkena imbasnya, dimana sering kita dengar issue tarif untuk menggoalkan pasal-pasal yang krusial dapat mengamankan gerak langkah para koruptor di lingkungan pengusaha nasional. Belum lagi permainan mereka di lingkungan yudikatif, ketika mereka di duga terlibat tindakan korupsi, kasusnya di-peti es-kan atau lebih populernya lagi di SP3-kan. Korupsi tersebut terkait pula dengan lingkungan pemerintahan (eksekutif) ketika mereka berlomba mendapatkan tender lalu dimainkanlah babak hubungan pengusaha VS pemerintah, maka jadilah korupsi secara kolektif. Lebih dasyatnya lagi jika sudah melibatkan ulama, maka pantaslah Tuhan menurunkan peringatannya untuk kita semua. Bagi pelaku peristiwa suatu kejadian alam sebagai peringatan Tuhan itu menjadi laknat namanya, namun bagi mereka yang menyaksikan perbuatan itu tapi tak berbuat apa-apa karena tak kuasa, maka peringatan itu menjadi ujian atau cobaan Tuhan, dan bagi mereka yang sudah berusaha menghindar namun tak kuasa maka hal itu menjadi musibah dari Tuhan.

Ingatlah bagi siapa saja yang terlibat dalam konspirasi korupsi nasional, suatu masa akan mengalami fitrah, bahwa siapa yang menanam dia yang akan memetik hasilnya, siapa berbuat dialah yang akan mendapatkan balasannya. Karena semua perbuatan itu akan kembali kepada pemiliknya.

Begitu dasyatnya pengaruh atau dampak dari suatu kesalahan kebijakan yang telah diambil dalam periode kepemerintahan lalu, ketika budaya Posyandu dan kegiatan ibu-ibu PKK dikurangi porsinya bahkan di tiadakan. Dimana saat ini berita hangat tentang anak-anak yang kekurangan gizi menghiasi berbagai media masa. Atau Departemen Penerangan yang dihapus di tengah kancah perang komunikasi dan informasi ini. Maka kehancuran itu sudah nampak jelas di hadapan kita., kesalahpahaman antar masyarakat dengan pemerintah semakin ramai akibat dari informasi yang tidak sampai atau cacat makna atas pesan yang disampaikan terjadi di mana-mana. Kesemrawutan koordinasi antar daerah semakin meningkat ketika otonomi daerah diberlakukan namun perangkat petunjuk pelaksanaan di lapangan belum bisa memback-up prosesnya. Ironisnya pelaku sejarah pemerintahan yang sudah lengser mengkritik sendiri kebijakan yang pernah dibuatnya, namun ditujukan kepada penerima estafet kepemimpinan nasional saat ini. Adilkah semua ini untuk berbagai kejadian yang pernah diputuskan olehnya namun di timpakan kepada orang lain ?? bijakkah tindakan itu hanya untuk membersihkan diri sendiri ??

Gerakan reformasi yang pernah di cetuskan tak dapat dimaknai oleh kita sebagai niatan untuk memperbaiki diri, karena pelaku atau pemerannya masih dikuasai oleh orang-orang yang seharusnya bagian dari yang di bersihkan. Reformasi total harus dilakukan jika Negara ini akan membangun kekuatan atau ketahanan nasionalnya.

Decade dasa warsa ini mungkin saja merupakan periode dimana Tuhan akan membuka langsung kedok manusia yang terus dengan sadar berbuat aib, melakukan korupsi secara sadar. Apa lagi bagi mereka yang pernah teriak maling dengan nyaring, tapi sebenarnya dia sendiri maling, maka tunggulah saatnya Tuhan akan menunjukkan untuk dirinya bagaimana jati diri sebenarnya apalagi jika yang bersangkutan tak pernah bertobat. Seperti peristiwa memalukan akhir-akhir ini yang melanda beberapa tokoh pengamat korupsi dan pejuang kebenaran dan hukum.

Dikaitkan dengan ditunjuknya Negara kita sebagai penyelenggara KTT Negara-negara Non Blok, maka suatu peluang untuk menjalin lebih erat dengan Negara-neraga senasib dan setara dalam berbagai bidang membangun serta meningkatkan kekuatan lain yang dapat dijadikan pertahanan dan ketahanan masing-masing dalam menghadapi gelombang serangan kapilatisme dan liberalisme. Jangan sampai hanya menjadi seremonial belaka dan tak menimbulkan efek bola salju peningkatan kekuatan sebagaimana di cita-citakan oleh pencetus gagasan Negara-negara nonblok dulu. Sehingga posisi tawar kita dalam melakukan perannya di tengah-tengah bangsa lain semakin kuat.

Masih banyak peristiwa yang bisa diamati secara komprehensif, namun karena keterbatasan kita akhiri saja dengan suatu pernyataan ; bahwa kita benahi diri masing-masing dengan berbuat baik, mulai dari diri sendiri, saat ini, dan dari hal yang terkecil.

Kekuatan bangsa ini benar-benar dalam ujian yang maha dasyat, diperlukan pejuang bangsa terutama dari generasi muda yang menyadari betul, bahwa kita dalam keadaan peperangan gaya baru. Perang pemikiran, perang moral, perang dalam tiga dimensi kehidupan. Siapa yang lengah, maka dialah yang terjajah.

Bersediakah kita menjadi bangsa yang terjajah kembali ? setelah lebih dari 3,5 abad dijajah bangsa lain ?? Oleh sebab itu berjuanglah dibidang masing-masing.

HARAPAN BAGI PERANNYA PUTRA PUTRI PEJUANG

Semangat nilai-nilai juang 45 seakan sudah mulai luntur. Dimana kita sebagai pewaris langsung dari nilai-nilai itu seakan sudah mulai berkurang peranannya di medan tempur perjuangan nasional. Tak lagi nampak tokoh-tokoh dari putra-putri veteran yang berperan secara aktive dikancah nasional. Atau sibuk dengan urusannya sendiri ?. terbukti kita masih belum dapat berkonsolidasi secara bertingkat, baik mulai di lingkungan kelurahan, kecamatan, kota/kabupaten bahkan sampai pada tingkat propinsi. Para mantan aktivis seakan sudah tak lagi peduli, masing-masing membuat kelompoknya sendiri-sendiri, dan asik memanfaatkan nama besar Pancamarga untuk kepentingan kelompok bahkan pribadi. Lalu bagaimana nasib rekan-rekan kita yang sangat perlu bantuan. Para orangtua mereka sudah tak mampu lagi menuntun, bahkan harusnya kita generasi penerus ini yang bisa memberikan kebahagiaan bagi masa tuanya.

Perjuangan memang belum selesai. Minimal kita dihadapkan kepada tiga hal utama musuh kita. Yaitu kebodohan, kemiskinan, dan kebobrokan moral bangsa.

Bagaimana kita akan mulai ? ketika di lingkungan internal sendiri masih banyak rekan-rekan kita yang terhambat keinginannya untuk bersekolah, karena keterbatasan biaya. Atau keterbatasan ilmu, modal, dan kesempatan untuk memulai usahanya maupun ketakberdayaannya untuk melawan pengaruh lingkungan yang semakin merajalela sampai kepelosok-pelosok desa akibat dari pengaruh globalisasi informasi yang memberi dampak langsung kepada kehidupan masyarakat Indonesia secara langsung.

Bersambung ………


Tinggalkan sebuah Komentar so far
Tinggalkan komentar



Tinggalkan komentar